Journey to Mt. Rinjani & Exploring Sumbawa (Part 1:Menggapai Puncak Rinjani)

Day 1, 9 Mei 2015

Kami sengaja mengatur perjalanan ini dari tanggal 9 – 17 Mei 2015, memanfaatkan libur kejepit tanggal 14 Mei dan juga sebagai pengganti trip ke Australia yang dicancel.
Untuk menuju Rinjani dari airport Lombok bisa dengan ngeteng atau sewa mobil dan karena selisih biaya yang tidak terlalu tinggi tetapi bisa menghemat waktu banyak, kami pun menyewa mobil ke Sembalun, ditengah perjalanan kita bisa singgah ke pasar Aikmel untuk belanja bahan makanan.

Our jumbo bag
Our jumbo bag
view-sebelum-desa-sembalun
view-sebelum-desa-sembalun

Perjalanan airport – Basecamp Sembalun kurang lebih 3 jam, di basecamp ini kita melakukan pendaftaran dan membayar uang masuk 20rb/orang. Tepat di sebelah basecamp adalah gate resmi Sembalun, pendakian bisa dilakukan dari sini yang bisa ditempuh dengan naik mobil pick up terlebih dahulu, katanya bisa menghemat waktu daki hampir jam 1 (biaya 150rb/mobil) tetapi kita disarankan untuk mengambil jalur penduduk dari desa Sembalun Lawang, sekitar 500m dari basecamp karena viewnya lebih bagus.

ready-for-trekking to Rinjani
ready-for-trekking to Rinjani

Setelah melakukan persiapan, kami pun memulai pendakian sekitar pukul 12.30 siang. Karena bukan peak season, pendaki tidak terlalu ramai walaupun begitu kita masih menemui beberapa grup pendaki asing lengkap dengan porter mereka (kebanyakan mereka hanya membawa light backpack, tarif porter 150rb/hari) dan pendaki domestik. Kami sendiri memutuskan untuk tidak menyewa porter, ceritanya menchallenge diri sendiri.

jalur-trekking ke pos 1
jalur-trekking ke pos 1

Track awal pendakian melalui jalur ini adalah ladang penduduk, sungai kering , padang savana dan sesekali kita menemui jembatan diatas sungai-sungai kering. Medan pendakian ke pos 1 masih relatif landai namun tetap sesekali ada juga tanjakan yang harus dilewati walau tidak begitu terjal/tinggi.

Saat melewati jalur Sembalun ini disarankan untuk memakai sunblock jika pendakian dilakukan pagi/siang hari karena jalurnya merupakan padang savana, jarang sekali ada pohon sebagai shelter saat pendakian, teriknya matahari langsung memapar kulit, kita pun lebih gampang capek dan haus, jadi bawalah air minum secukupnya.

landscape-jalur-sembalun
landscape-jalur-sembalun

 

Narsis di pos-1
Narsis di pos-1

Target pendakian kami hari ini tidak terlalu ngoyo, kemping di pos 2. Sekitar pukul 6 sore kami sampai di pos 2 dan bersiap bersiap untuk mendirikan tenda. Sudah ada beberapa tenda yang berdiri tetapi ada juga pendaki yang memutuskan untuk melanjutkan perjalanan sampai pos 3.

Dinginnya angin malam menusuk kulit, tetapi godaan untuk berada di luar tenda, menikmati hamparan bintang di langit lebih menggoda, jadilah kami berburu photo bintang, sayang cameraku tidak menghasilkan apa-apa. Perjalanan besok masih panjang dan kami harus benar benar menyiapkan fisik jadi kitapun mengucapkan selamat malam kepada bintang-bintang.

Day2, 10 Mei 2015
Bangun pagi menghirup segarnya udara gunung, menikmati sunrise dari depan tenda ditemani secangkir kopi hangat, begitu indah bukan? Yah, inilah kegiatan kami pagi ini.

Suasana pagi-di-pos-2-rinjani
Suasana pagi-di-pos-2-rinjani
Menikmati secangkir kopi
Menikmati secangkir kopi

Di pos 2 ada sumber air tetapi sangat minim kalau di musim kemarau, sumber airnya berupa genangan di batu-batu, mungkin sisa-sisa air sungai yang kering? Atau dibeberapa tempat ada rembesan air dari akar-akar pohon, yang butuh usaha extra walau hanya untuk mendapatkan 1 botol 600ml, disarankan untuk membawa air secukupnya sampai pos 3.

Setelah beres-beres kami melanjutkan perjalanan ke pos 3 dan langsung ke Pelawangan Sembalun, area kemping malam ini dan dari sini juga kita akan memulai Summit.

Jalur Pendakian pos 2 ke pos 3
Jalur Pendakian pos 2 ke pos 3

Medan pendakian dari pos 2 ke pos 3 mulai berat, masih berupa padang savana tetapi sudah mulai menanjak. Perjalanan kesini kurang lebih 2 jam, sebelum sampai di pos 3 kita akan menemukan pos 3 bayangan. Di pos 3 ada sumber air, bisa diminum tanpa dimasak walau agak berpasir-pasir sedikit.

Pendaki yang beristirahat di pos 3
Pendaki yang beristirahat di pos 3
Jalur Pendakian pos 3 ke P. Sembalun
Jalur Pendakian pos 3 ke P. Sembalun

Perjuangan semakin berat dari pos 3 menuju Pelawangan Sembalun, harus melewati/mendaki 7 bukit dengan kemiringan hampir 70%, disinilah orang sebut Tanjakan penyesalan.

Jalur Pendakian P.Sembalun
Jalur Pendakian P.Sembalun

Tak ingin aku memandang jauh ke depan karena sepertinya menambah letihku, puncak yang tidak pernah usai. Saat kita memandang ke atas, sepertina tanah datas menunggu tapi begitu sampai, ternyata tanjakan baru yang menunggu. Baru sekitar jam 15.30 (setelah berjalan sekitar 6 jam) kami benar-benar menemukan tempat datar, tidak jauh lagi dari lokasi kemping Sembalun dan kita beristirahat disini sambil menunggu rekan yang lain.

Bersama-dengan-pendaki-lain
Bersama-dengan-pendaki-lain

Setelah beristirahat  sekitar 15 menit, kami melanjutkan perjalanan sekitar 10-15 menit lagi ke area kemping. Tenda kami sudah berdiri tetapi lokasinya kurang bagus, sehingga akhirnya kami pindah lagi ke lokasi yang lebih bagus, dekat dengan sumber air dan yipppi ternyata tenda kami berdampingan dengan rekan-rekan yang kami temui tadi, akhirnya jadi juga kami makan bakwan hahahha (tadi diperjalanan mereka bilang mau bikin bakwan, awalnya yang tadi basa basi doang akhirnya jadi beneran hahaha, thanks Mas Trimo)

Area-kemping-di-P.-sembalun
Area-kemping-di-P.-sembalun

Sambil menunggu tenda kami didirikan oleh cowok-cowok, kami menumpang duduk sambil minum kopi hangat (nggak mungkin nolak kan kalo ditawarin) sambil ngobrol-ngobrol, eh malah ditawari mau makan bareng nggak? Mau banget lah ya, Putri pantang menolak rejeki, jadilah kami akhirnya makan malam bareng team Mas Trimo ini. Setelah ngobrol-ngobrol sebentar kami kembali ke tenda untuk beristirahat, persiapan summit dini hari nanti.

Day 3, 11 Mei 2015

Matahari mulai muncul di ufuk timur
Matahari mulai muncul di ufuk timur

Jam 1 kami sudah bangun, siap-siap untuk summit, aku memakai jaket inner dan outer karena takut dengan udara yang dingin. Medan pendakian terjal, curam, sempit dan berbatu-batu, kita harus sangat hati-hati. Tekstur tanahnya berpasir kasar dan berkerikil, sangat berbeda dengan yang di Semeru yang lebih didominasi oleh pasir. Harry memimpin didepan diikuti olehku, Debi dan Pampam, udara sangat dingin khususnya saat kita berhenti bergerak, dinginnya seperti menyentuh tulangku. Aku tak sanggup jika beristirahat agak lama, jadi aku menyusul Harry yang aku pikir sudah berada jauh didepan, meninggalkan Debi dan Pampam yang masih beristirahat. Walaupun aku sudah berjalan cukup lama tidak kutemui Harry, sendiri aku tetap melangkah menuju puncak, tetapi rasanya puncaknya masih jauuuh sekali.

Di Lereng Rinjani
Di Lereng Rinjani

Sekitar jam 5 pagi, semburat jingga mulai muncul di ufuk timur yang kemudian disusul oleh sang surya, indah sekali, saat itu aku masih di lereng puncak Rinjani, kira-kira 20 menit lagi menuju puncak.

Di Puncak Rinjani
Di Puncak Rinjani

Sekitar pukul 5.30 aku sampai puncak, tapi tidak kutemukan sosok Harry (aah ternyata dia masih ada di belakangku), aku cuma bertemu dengan team mas Tremo, jadi aku bergabung dengan mereka sambil menunggu yang lain.

Lima belas menit Harry muncul, disusul Debi dan Pampam. Puncak Rinjani terbilang sempit, untuk photo pun kita harus mengantri karena kiri kanannya langsung jurang, jadi setelah mengambil beberapa photo kami pun bergegas turun memberikan kesempatan untuk pendaki lain.

Full team di Puncak Rinjani
Full team di Puncak Rinjani
Puncak-rinjanj 3726 MDPL
Puncak-rinjanj 3726 MDPL

Saat turun kita sudah bisa menikmati view segara anak di sebelah kiri kita dan juga hamparan bukit bukit savana didepan, yang pada saat pendakian masih tertutup malam.

Jalur summit Rinjani
Jalur summit Rinjani

Jarak turun dan naik hampir sama karena jalanannya agak licin, tidak seperti Semeru yang turunnya bisa ditempuh 50% dari waktu pendakian. Oh iya di Puncak Rinjani kita say hello dengan seorang pendaki wanita dari Bogor, setelah sampai di Jakarta saya baru sadar kalo ternyata kami berteman di facebook dan pernah ngetrip bareng setelah dia ngepost photo di puncak Rinjani di timeline facebook. Jauh-jauh dari Jakarta dan entah sudah berapa tahun tidak ketemu, malah ketemunya di Rinjani.
Okay, kembali ke topic sebelum ngelantur kemana-kemana. Kami sampai di tenda sekitar jam 11 pagi, team mas Tremo sudah hampir selesai masak dan kami diundang makan siang lagi (Mba Putri, mau makan bareng lagi nggak? tanya mas Tremo. Undangan kan ya? Dan tentu saja aku iyakan).
Setelah makan siang niatnya mo istirahat sebentar sebelum turun ke Danau Segara Anak, tetapi aku dan Harry tidak bisa memejamkan mata karena udara sangat panas kalau tenda ditutup tetapi kalau tenda dibuka kami khawatir monyet-monyet akan mengambil bahan makanan kami, cukuplah gula kami saja yang sudah menjadi korban. Sementara Pampam dan Debi tertidur pulas padahal rasanya seperti dipanggang, panas sekali, bisa-bisanya mereka tidur. Kami akhirnya beres-beres saja, jadi begitu mereka bangun kita tinggal bongkar tenda dan siap-siap turun.

 

Continue to Part 2

 

Trip ke Pulau Oar, Mangir dan Gunung Honje

Day 1

Terjebak macet dalam perjalanan Puncak – Jakarta (hampir 4 jam) membuatku terlambat sampai di meeting point, semua peserta sudah tiba, untunglah masih ditungguin. Kami berangkat sekitar jam 10 malam dan sampai di desa Sumur sekitar jam 4 pagi (kurang lebih 6 jam).

Desa Sumur ini merupakan gerbang untuk ke Pulau Oar, Ujung Kulon dan beberapa pulau sekitarnya, pulau Oar ini masih masuk dalam kawasan TN Ujung Kulon.

Karang rusak
Karang rusak

Pagi ini kami menuju Pulau Mangir, perjalanan kurang lebih 1 jam dari desa Sumur dengan kapal. Sebelum sampai di Mangir kami snorkling di salah satu spot di tengah laut, tapi sayang underwaternya kurang bagus, ikannya tidak banyakdan karangnya juga banyak yang rusak.

Tak banyak yang bisa dilihat kami menuju pantai di pulau Mangir. Pulau ini merupakan pulau kosong yang tidak begitu luas, pasirnya putih tetapi bercampur dengan serpihan-serpihan karang, lebih baik berjalan dengan sendal, kegiatan disini cuma photo-photo dan menikmati pantai. Puas bermain kami kembali ke desa Sumur.

Karang rusak
Karang rusak
Pulau Mangir
Pulau Mangir

Setelah makan siang dan beristirahat sebentar, kami berangkat ke Pulau Oar, lama penyebrangan dengan kapal sekitar 30 menit, pulau ini tidak jauh dari pulau Umang. Dari jauh pantainya sudah kelihatan indah, gradasi warna lautnya sangat indah, biru muda dipadu dengan biru kehijau-hijauan. Karang disini bagus dan terhampar dengan luas, tetapi sayang di beberapa spot banyak karang-karang mati/patah.

Pantai Oar
Pantai Oar
Underwater Pulau Oar
Underwater Pulau Oar

Visibility airnya juga bagus, ombaknya tidak terlalu kencang dan ikan-ikannya juga lumayan variatif. Kekecewaan tadi pagi lumayan terbayar disini, setelah Sunset kita kembali ke desa Sumur.

Sunset di Pulau Oar
Sunset di Pulau Oar

Day 2
Pagi ini kita akan trekking ke kaki gunung Honje, disini ada beberapa gua seperti gua Kelelawar dan curug yang bisa dikunjungi. Trekking-nya tidak berat, melewati hutan dan juga ladang-ladang penduduk, tujuan awal adalah gua Kelelawar.

Goa Kelelawar
Goa Kelelawar
Air terjun yang kering
Air terjun yang kering

Gua-nya sih biasa aja kalo menurut aku, tidak begitu panjang, tidak ada yang bisa dilihat juga, cuma seperti numpang lewat aja nih. Tak lama berjalan kita menemukan goa lagi, yang lebih agak curam dan sempit tapi kata guide nya didalam banyak sampah dan bau, jadi kita skip dan langsung ke air terjun, tapi ternyata airnya kering. Capek dan karena kami harus kembali ke Jakarta siang ini, kami pulang ke homestay dan siap-siap untuk pulang ke Jakarta.

Group Picture
Group Picture

Trip ke Ujung Barat Indonesia, Pulau Weh (Part 4: Sabang-Banda Aceh-KL-Jkt)

Hari ini kami akan menginap di tempat teman di Banda Aceh tetapi sebelumnya kami akan explore kota Sabang. Disaat sibuk packing tiba-tiba salah satu teman jatuh sakit, kami agak pesimis ia kuat untuk menyebrang ke Banda Aceh hari ini jadi itinerary pun diatur ulang. Kami akan berangkat ke Sabang setelah ia sedikit baikan, menginap di Sabang dan besok pagi berangkat ke Banda Aceh.

Dengan tidak enak hati kami menelepon teman di Banda Aceh dan membatalkan rencana menginap, tidak enak karena ia sudah menyiapkan makanan untuk kami, tetapi untunglah ia bisa mengerti. Sekitar pukul 1 siang, kami diantarkan ke Teupin Layeu dengan kapal melalui jalur laut, waktunya meninggalkan kota Iboih.

Spot pertama yang kami kunjungi adalah tugu KM 0 (sertifikat bisa didapatkan di warung sekitar) dan kemudian dilanjutkan dengan pantai kasih yang sudah tidak terawat lagi.
image
image
Dalam perjalanan si bapak supir menawarkan apakah kami mau melihat air terjun, tapi harus trekking sekitar 20 menit, tentu saja kami berminat. Tracknya sudah bagus, bahkan ada yang sudah disemen sehingga bisa naik motor kedalam dan dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 10 menit.
image
image

Perjalanan dilanjutkan ke spot untuk melihat pulau Klah dan menikmati rujak Klah yang menurutku rasanya biasa saja.
image
Persinggahan terakhir sebelum mencari hotel adalah rumah sakit Sabang untuk berobat, agar besok badannya fit untuk menyebrang. Hotel the Freddie dan Casanemo penuh, jadi kami harus cukup puas tinggal di hostel Perdana Beach, untuk mengakses pantai kita bisa masuk dari Casanemo.

Tanpa membuang waktu kami bertiga (teman yang sakit istirahat di hotel) langsung explore kota Sabang. Yang pertama adalah pantai Sumur Tiga, nama ini diberikan karena di sepanjang pantai ini terdapat 3 sumur air tawar, yang pertama letaknya berada di pantai sebelum hotel the Freddies, yang kedua ada di Freddies dan yang ketiga ada di hotel Casanemo.

Spot kedua adalah goa jepang yang posisinya dekat dengan pantai anoi hitam. dan landscape sepanjang jalan di Balohan. Sebelum pulang membeli oleh-oleh bakpia Sabang (rasanya enak), makan mie aceh & kopi …..di daerah simpang lima, rasanya enak dan pelayannya juga baik, dapat free beberapa bolu (rasanya juga enak). Untuk membeli pernak-pernik lebih murah jika beli di toko di depan pujasera Sabang, akesorisnya lucu-lucu.

Another night without you

You just went a month ago, but I feel as if you had gone for years. It is a fourth weekend that you are not with me, I get lonely my love. Everyday I keep looking at the calendar, wondering when its day will come. I mark each day, counting every time I spent without you and it is hard. I am too attached to you. I am not used to stay away from you. I used to walk holding hand with you, used to crying on your shoulder. This moment, I really need your shoulder and your encouragement. Boss was in his ‘mood’ today hon, and you know his behavior. I told you, didn’t I?

I went to meet friends at Clark Quay last Saturday and a sudden sadness came up. I saw a couple walked hand by hand, laughing together. I feel miserable, how I miss your warm hand holding my hand. When I swung my head to another side, another couple was kissing. I hate them! Why should they remind me how long it has been you didn’t  kiss me. I miss your soft kissing; oh, I longed everything about you. They sat on our seat hon, the seat when we celebrated our advance Valentine. It was another wonderful moment I spent with you. I wish you were with me, but you were not honey, you are not.

Did you remember the night before you go Love? That night, we walked alongside the river, you hugged my waist. I could feel your warm body and it was comforting me. I feel safe walked beside you. We didn’t talk much last night, we was very quiet but I know we thought much. I really wanted to say “Please don’t go”, but I was afraid I will regret if I said it. I know how important this study for your career. We don’t know when we can get the better chance like this, I don’t want to be selfish. You hugged me very tight, even I could hear your heart beating. Suddenly, you turning me to facing you and before I get my consciousness back, your lips was on my lips. I was very surprised, a lot of people around us and we was standing at the middle of the path. They might be watching us, but what can I do? How can I resist your smooth lips touching mine, kissing me softly? It gave me a wonderful sensation. Miss you badly my love. Come back soon, fulfill my longing.

Singapore, 2009

Trip ke Ujung Barat Indonesia, Pulau Weh (Part 3: Iboih)

Bangun pagi malas-malasan di depan kamar, ngerumpi, ngomongin masa depan dan lain lain, turun ke Teupin Layeu sekitar jam 8 pagi untuk sarapan dan langsung snorkeling. image
image

image

Ada beberapa paket yang bisa diambil mulai dari sewa kapal antar jemput ke Rubiah (100rb-500rb), diving, atau paket snorekeling ke Rubiah (4 spot Rp 1 juta, bisa untuk 10 orang). Kami mengajak beberapa orang anggota rombongan rombongan genk vespa untuk sharing paket ini tetapi mereka kurang tertarik sehingga kami mengambil sewa kapal antar jemput saja (100rb + 40rb untuk alat snorkel 1 set). Ada baiknya ditanyakan dulu ke pihak homestay untuk paket-paket snorkeling maupun sewa kapal karena harganya bisa saja lebih murah.
image
Perjalanan 20 menit ke Rubiah cukup menyenangkan dengan pemandangan yang sangat keren, langit biru dihiasi awan putih, air laut berwarna biru kehijauan ditambah hijaunya pohon-pohonya, this is heaven.

image

Setelah menitip tas di warung di Rubiah, kami langsung nyebur. Bahkan di pinggir pantai saja kita sudah bisa menyaksikan rombongan ikan warna-warni, dengan air sejernih kristal bahkan kita bisa melihat ikan-ikan tersebut dengan berdiri. Terumbu karang disini masih mulai “tumbuh” tapi tampaknya beberapa tahun kedepan akan terlihat indah karena warna-warni karangnya sudah mulai kelihatan, sepertinya terumbu karang disini ikut mati saatTsunami terjadi.
image
image
Mengikuti jalan setapak yang ada (sekitar 15 menit) kami pindah spot snorkeling ke balik bukit pulau Rubiah, disini pantainya didominasi pasir kasar dan terdapat batu-batu besar dipinggir pantai.
image
Terumbu karang disini lebih banyak tapi spot yang pertama menurutku lebih bagus. Kami kembali ke spot pertama dan menelpon pak Nahkoda untuk menjemput dan mengitari pulau Rubiah (nambah Rp. 50rb saja).image image
Penasaran dengan spot di Teupin Layeu, kami melanjutkan snorkeling disini, viewnya lumayan bagus, banyak ikan dan terumbu karang juga tetapi banyak bulu babinya, khususnya kalau sedang surut, seperti melihat hamparan bulu babi dan seolah-olah begitu dekat dengan kulit, creepy.
image

Setelah dinner dan snorkeling seharian, saatnya ketemu kasur untuk istirahat karena esok kegiatan kami masih banyak.

Trip ke Ujung Barat Indonesia, Pulau Weh (Part 1: "Transit" di Kuala Lumpur)

Hampir semua orang sudah tahu akan keindahan tempat ini, walaupun sempat terkena musibah Tsunami beberapa tahun lalu keindahannya tidak luntur. Untuk mencapai tempat ini kami harus terbang ke Kuala Lumpur terlebih dahulu baru kemudian melanjutkan perjalanan ke Banda Aceh (demi tiket murah). Sebenarnya dari Jakarta bisa saja langsung ke Banda Aceh tetapi harganya cukup mahal (satu kali jalan hampir sama dengan 4x penerbangan kami, jadi untuk travel murah ke negeri sendiri harus terbang dari negara lain.

image

Karena schedule yang terlalu mepet antara penerbangan JKT-KL dan KL-Aceh kami harus menginap 1 malam di KL, kebetulan trip ini merupakan trip pertama keluar negeri salah satu teman, jadi kami akan “mengantarkan” dia muter-muter at least ke iconnya negara KL. Airasia mendarat di KLIA Kuala Lumpur sekitar jam 14.00 dan dengan KL Express  kami  langsung menuju hostel, the Explorer (sekitar 30 menit,RM 35). image
KL Express hanya mengantarkan kami sampai KL Central, dari sini  kita melanjutkan dengan LRT menuju Pasar Seni (sekitar 5 menit, RM 1).image
Berbeda dengan KL Express yang pembelian tiketnya di bagian ticketing, untuk LRT kita harus membeli di ticket machine, jadi siapkan uang kecil ya. Sebenarnya di customer service kita bisa menukar uang kecil tetapi waktu kami ingin menukar si customer service tidak mau menolong karena mengira uang Rp. 50.000 kami adalah uang kecil Ringgit (kayanya ia sempat melihat di dompet saat Siska mengeluarkan uang RM 100). Walau sudah dijelaskan ia tetap ngotot, sudahlah tidak adanya argue lama-lama.
image
Dari Pasar Seni kita berjalan sekitar 10 menit untuk sampai ke hostel dan seteah  check in, kami langsung  menuju China Town untuk makan  dan window shopping dengan berjalan kaki.image image
Setelah perut kenyang kami naik LRT ke Twin Tower sekedar untuk photo-photo dan window shopping dan tempat ini akan menjadi spot terakhir hari ini karena hari sudah malam. Besok akan dilanjutkan ke Mesjid Jameek & Central Market sebelum berangkat ke airport.
image
image